5 Penyebab Parkinson yang Jarang Diketahui

By Published On: Juli 28th, 2025
5 Penyebab Parkinson yang Jarang Diketahui

Griya Sehat Ben Yuan Dao, Jakarta – Penyebab Parkinson hingga kini masih menjadi subjek penelitian yang kompleks dan mendalam di dunia medis.

Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang menyerang sistem saraf pusat, khususnya area otak yang berperan dalam mengatur gerakan tubuh.

Memahami penyebab Parkinson, termasuk yang jarang diketahui, menjadi langkah awal dalam upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit ini.

Artikel ini akan membahas lima penyebab Parkinson yang jarang diketahui, namun dapat berperan signifikan dalam mempengaruhi resiko seseorang terkena penyakit ini.

1. Paparan Racun Lingkungan

Salah satu penyebab yang sering tidak disadari adalah paparan bahan kimia beracun, terutama pestisida dan herbisida.

Studi epidemiologis menunjukkan bahwa orang yang tinggal atau bekerja di area pertanian atau perkebunan dengan paparan bahan kimia tertentu memiliki risiko lebih tinggi terkena Parkinson.

Bahan seperti paraquat dan rotenone, yang digunakan sebagai pestisida, diketahui dapat merusak sel saraf dopaminergik di otak.

Paparan jangka panjang terhadap logam berat seperti mangan atau pelarut industri juga dikaitkan dengan peningkatan risiko.

Ini dapat terjadi di lingkungan kerja seperti pertambangan, industri manufaktur, atau pengecatan logam.

Pencegahan: Gunakan alat pelindung diri saat bekerja dengan bahan kimia, hindari penggunaan pestisida berbahaya, dan perhatikan ventilasi dalam ruangan kerja tertutup.

Baca Juga: Tanda Stroke Iskemik yang Muncul Diam-Diam

2. Cedera Kepala Berulang

Banyak orang tidak menyadari bahwa cedera kepala berulang, baik ringan maupun berat, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya Parkinson.

Cedera yang terjadi pada bagian otak, terutama jika melibatkan kehilangan kesadaran, dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak dan peradangan yang memicu degenerasi saraf.

Beberapa atlet profesional, seperti petinju atau pemain sepak bola, telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap penyakit neurodegeneratif termasuk Parkinson dan demensia.

Ini dikaitkan dengan kondisi yang disebut chronic traumatic encephalopathy (CTE), yang dapat berdampak pada pusat gerakan di otak.

Pencegahan: Gunakan pelindung kepala saat berolahraga, waspadai risiko jatuh terutama pada lansia, dan segera periksa ke dokter jika mengalami benturan kepala.

3. Gangguan Mikrobiota Usus

Hubungan antara kesehatan usus dan otak atau yang dikenal dengan gut-brain axis telah menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir.

Penelitian menunjukkan bahwa komposisi mikrobiota usus (bakteri baik dan jahat di saluran pencernaan) dapat mempengaruhi perkembangan penyakit Parkinson.

Beberapa studi mengungkapkan bahwa ketidakseimbangan mikrobiota dapat memicu peradangan kronis dan memengaruhi produksi protein alfa-sinuklein di usus.

Protein ini jika salah lipat (misfolding) dapat berpindah ke otak melalui saraf vagus dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf penghasil dopamin.

Pencegahan: Konsumsi makanan tinggi serat, probiotik alami (seperti yogurt dan kefir), dan hindari antibiotik berlebihan yang dapat merusak flora usus.

Baca Juga: Penyebab Kepala Bergetar Tiba-Tiba dan Cara Penanganannya

4. Faktor Genetik yang Tidak Dominan

Meskipun hanya sekitar 10–15% kasus Parkinson bersifat herediter, mutasi genetik yang tidak langsung (non-dominan) juga dapat mempengaruhi risiko.

Gen seperti LRRK2, PINK1, dan DJ-1 telah diidentifikasi sebagai faktor risiko dalam beberapa kasus, terutama pada orang dengan riwayat keluarga Parkinson.

Yang mengejutkan, beberapa orang bisa menjadi pembawa genetik tanpa menunjukkan gejala hingga usia lanjut, atau hanya mengalaminya jika dipicu oleh faktor lingkungan tertentu.

Interaksi antara gen dan lingkungan inilah yang menjadikan identifikasi penyebab Parkinson lebih kompleks.

Pencegahan: Jika memiliki riwayat keluarga Parkinson, konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan genetik dan lakukan pemantauan rutin terhadap gejala dini.

5. Kurang Tidur Kronis dan Gangguan Tidur REM

Gangguan tidur, khususnya REM sleep behavior disorder (RBD), telah dikaitkan dengan peningkatan risiko Parkinson dalam jangka panjang.

Pada penderita RBD, tubuh melakukan gerakan fisik saat bermimpi, yang seharusnya tidak terjadi. Ini menunjukkan adanya gangguan pada struktur otak yang mengatur fungsi tidur.

Studi longitudinal menemukan bahwa orang dengan RBD memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengembangkan Parkinson dalam waktu 5–15 tahun setelah diagnosis gangguan tidur.

Hal ini menunjukkan bahwa tidur bukan hanya gejala Parkinson, tetapi juga bisa menjadi faktor risiko penyebabnya.

Pencegahan: Jaga pola tidur yang teratur, hindari konsumsi alkohol dan stimulan di malam hari, serta lakukan evaluasi medis jika mengalami gangguan tidur berkepanjangan.

Baca Juga: 5 Ciri-Ciri Migrain yang Muncul Diam-Diam, Cari Tahu Disini!

Temukan Solusi Alami di Klinik Ben Yuan Dao

Griya Sehat Ben Yuan Dao hadir sebagai tempat yang mengutamakan pendekatan yang sangat alami dan holistik untuk kesehatan Anda.

Di Griya Sehat Ben Yuan Dao, kami menawarkan terapi tradisional yang telah teruji selama berabad-abad, seperti akupunktur, ramuan herbal, bekam, gua sha dan terapi energi.

Dengan dukungan sinshe yang berpengalaman dan metode terapi yang sudah terbukti efektif, kami siap membantu Anda mencapai kesehatan optimal secara menyeluruh.

Segera berkonsultasi atau hubungi kami secara online via Chat Whatsapp dan rasakan manfaat dari pengobatan alami yang aman dan menyegarkan!

Artikel Terbaru